Minggu, 11 Januari 2015

endangperwita.blogspot.com/Portofolio_PA_ 3/label/Tugas

PORTOFOLIO PAI 3
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Sejarah Pendidikan Islam (Tarihut Tarbiyah Islamiyah) adalah Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak lahirnya hingga sekarang ini atau Satu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang ini.
Manfaat Sejarah Pendidikan Islam adalah sebagai faktor keteladanan, Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang, Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam guna memecahkan problematika pendidikan Islam pada masa kini, Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan system pendidikan Islam.Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Sejarah Pendidikan Islam adalah Sosiollogi, ilmu Sejarah dan Sejarah Kebudayaan.

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA NABI

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.





PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk :
1. Alat untuk memperluas, memelihara, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional
2. Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan.
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi  maupun seluruh umat manusia. (Samsul Nizar, 2002:38).

IDEOLOGI PENDIDIKAN DAN ALIRAN PEMIKIRAN
PENDIDIKAN ISLAM

Behaviorisme
Paradigma ini berpendapat bahwa: pertama, perilaku anak didik itu terbentuk oleh pengaruh orang dewasa terutama orang tua dan guru. Dalam Psikologi perkembangan aliran ini mirip dengan aliran empirisme John Lock yang mengatakan anak baru lahir bagaikan kertas putih yang mana perkembangannya sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Kedua, tindakan mengikuti stimulus-respon, sehingga bersifat reaktif. Ketiga, hadiah dan hukuman memegang peran penting. Maka asumsinya anak yang melakukan tindakan positif adanya hadiah atau sebaliknya.
Sedangkan dalam konsep Agama Islam kita mengetahui perkembangan anak itu sebagaimana tercantum dalam hadits nabi yang artinya “sesungguhnya anak itu dilahirkan dalam keadaan fithrah dan menjadi yahudi, nashrani, atau majusi itu tergantung dari orang tuanya ”. artilnya bahwa anak itu hakikatnya terlahir dalam keadaan suci dan dalam perkembangan selanjutnya yakni yang berupa karakter dasar adalah orang tuanya, karena proses pemeblajaran dan factor lingkungan.
Konservatisme
Dalam dunia pendidikan seorang konservatif beranggapan bahwa sasaran utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan pola-pola social serta tradisi-tradisi yang sudah mapan. Ada dua ungkapan dasar konservatif dalam pendidikan. Pertama, konservatifisme pendidikan religius, yang menekankan peran sentral pelatihan rohaniah sebagai pembangunan karakter moral yang tepat. Kedua, konservatisme pendidikan sekuler, yang memusatkan perhatiannya pada perlunya melestarikan dan meneruskan keyakinan-keyakinan yang telah ada, sebagai cara untuk menjamin pertahanan hidup secara sosial serta efektivitas secara kuat oleh orientasi pendidikan yang bersifat lebih alkitabiyah dan evangelish (mendakwahkan agama) yang secara theology jelas-jelas      secara  liberal.Bagi mereka ketidak sederajatan masyarakat merupakan suatu hukum kesederajatana alami, suatu hukum yang mustahil di hindari serta sudah merupakan ketentuan sejarah atau bahkan takdir tuhan. perubahan sosial bagi mereka bukanlah suatu hal yang harus diperjuangkan, karena perubahan akan membuat manusia akan lebih sengsara saja. Dalam bentuknya yang klasik atau awal paradigma konservatif dibangun berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat pada dasarnya tidak bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan sosial, hanya tuhanlah yang merencanakan perubahan keadaan masyarakat.
Liberalisme
Liberalisme merupakan paradigma berfikir dan kebudayaan yang tengan menjadi mainstream dunia. dimana atmosfir pemikiran maupun konstalasi kemanusiaan konteporer didominasi paradigma liberal ini, sebagai entitas budaya pendidikan dengan sendirinya tidak luput dari keharusan mengikuti madhzab liberal, yang berpijak pada sekulerisme, individualisme, dan pragmatisme. pengaruh tersebut dalam pendidikan Barat tampak pada mengemukannya paradigma pendidikan progresifisme, yang setiap memandang individu sebagai pihak yang paling tahu hal yan terbaik untuk dirinya sendiri. sekolah atau guru tidak berhak menentukan tata nilai yang harus dan tidak semestinya bagi siswa-siswanya.
Pragmatisme
Paradigma ini menganggap sebuah gagasan (pendidikan) adalah “benar” jika (dan sejauh) ia menuntun kearah konsekuensi-konsekuensi efektif ketika diterapkan ke penyelesaian masalah yang nyata (praktis)
Humanisme
Paradigma humanisme berpendapat: pertama, perilaku manusia itu dipertimbangkan oleh multiple intellegencenya . bukan hanya kecerdasan intelektual semata , tetapi juga kecerdasan emosional dan sepiritual. dua kecerdasan terakhir tidak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan anak didik.
Kritis
Pendidikan bagi mereka merupakan arena perjuangan politik, yang menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam politik ekonomi masyarakat dimana politik berada. bagi mereka kelas dan diskriminasi gender dalam masyarakat tercermin pula dalam dunia pendidikan.
Tiga aliran utama filsafat pendidikan Islam yang telah dibahas di atas, memiliki pendapat-pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Aliran yang pertama yaitu aliran Konservatif (al-Muhafidz). Mereka memaknai ilmu dengan pengertian sempit, yaitu hanya mencakup ilmu-ilmu yang bersifat keagamaan.Sangat berbeda dengan aliran Konservatif ini, kalangan yang menamakan diri mereka Ikhwan al-Shafa, menganggap semua disiplin ilmu adalah penting. Mereka lebih luwesdalam merumuskan ilmu pengetahuan, dan indera adalah sumber utama ilmu pengetahuan. Kelompok Ikhwan dan tokoh-tokoh yang sealiran dengannya digolongan ke dalam aliran yang ke-dua yaitu aliran Religius-Rasional (al-Diniy al-‘Aqlaniy).
 Aliran yang ke-tiga yaitu aliran Pragmatis (al-Dzarai’iy). Tokoh aliran ini adalah Ibnu Khaldun. Menurutnya, pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan keahlian duniawi dan ukhrowi, keduanya harus memberikan keuntungan.

NILAI-NILAI DASAR DAN SUMBER NORMA PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan dalam islam merupakan proses perubahan sikap dan tatalaku orang dalam usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan islam adalah usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah di gariskan dalam al-qur’an dan as-sunnah/al-hadits.Al-qur’an merupakan pendidikan secara umum, yang merupakan pendidikan secara khusus, kelebihan dalam al-qur’an terletak pada  metode yang menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-qur’an mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa meng-Esakan Allah, serta mengimani hari akhir.Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT, pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah, untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya.Al-Hadits sebagai dasar islam tidak terlepas dari fungsi itu sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an adalah sangat penting.
Islam sebagai agama samawi yang dijamin akan menyelamatkan umat manusia yang beragamakn islam (Muslim) dan melaksanakan  (mengamalkan ) ajaranNNYA.Sebagai agama Samawi yaitu agama yang bnersal dari Rabbani maka sebagai sumbernya  berasal dari Rabbani merupakan keniscayaan yang tak terbantahkan.Dengan demikian sumber norma dan nilai dalam islam adalah  Alquran dan Alhadist ,dan ijtihad sebagai sumber tambahan.
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, para pendidik adalah orang yang menguayakan terbentuknya manusia yang rasional dalam mengimani sesuatu yan bersifat metafisikal, melakukan filter dalam menerima doktrin agama. Sedangkan tugas pendidik antara lain yaitu:
a. Membimbing anak didik
                 Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
b. Menciptakan situasi untuk pendidikan
Situasi pendidikan, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan tindakan-tindakan dapat berlangsung dengan baik dan hasl yang memuaskan.
c. Memiliki pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-pengetahuan keagamaan, dan lain-lainnya.
Pengetahuan ini tidak sekedar diketahui tetapi juga diamalkan dan diyakininya sendiri. Kedudukan pendidik sebagai pihak yang “lebih” dalam situasi pendidikan. Haruslah dingat bahwa pendidik adalah manusia dengan sifat yang tidak sempurna. Oleh karena itu, pendidik harusselalu meninjau diri sendiri. Dari reaksi anak didik, hasil-hasil usaha pendidikan, pendidik dapat memperoleh bahan-bahan kesamaan dari pihak anak didik. Kecaman yang membangun pun besar sekali manfaatnya.
Dalam Islam, orang yang pertama bertanggung jawab adalah ayah dan ibu (orang tua), tapi seiring berkembangnya dan kemajuan zaman tugas itu diserahkan kepada pihak lembaga pendidikan yang bertugas sebagai pendidik kedua setelah orang tua, dan pada intinya baik orang tua, maupun tenaga pendidik adalah membimbing anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yakni menjadi insankamil.

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik memiliki kedudukan sebagai sentral pendidikan, pokok persoalan dalam pendidikan Islam karna peserta didiklah yang memiliki tujuan serta cita-cita yang ingin dicapainya, jadi tugas dari seorang pendidik atau guru adalah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau tujuan yang ingin di capainya tersebut.
            Untuk itu seorang pendidik atau guru harus memahami betul kebutuhan-kebutuhan dari peserta didiknya, baik itu kebutuhan fisiknya, kebutuhan sosialnya, kebutuhannya untuk mendapatkan status, kebutuhan mandirinya, kebutuhannya untuk berprestasi, disayangi dan dicintai, berfilsafat, serta kebutuhannya untuk berintelektual. Juga pendidik harus mengetahui apa-apa yang menjadi dimensi dari peserta didik yaitu dimensi fisik, akal, dimensi agama, akhlak, rohani, seni, serta dimensi sosialnya.
Bukan hanya untuk para pendidik yang harus memperhatikan peserta didik, tapi peserta didik pun harus menghargai posisi pendidik sebagai pembina, pembimbing. Peserta didik harus beretika serta harus memperhatikan kewajibannya terhadap pendidik serta orang-orang disekitarnya.
JUDUL           : MANUSIA PEMBELAJAR (PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK) YANG BIJAKSANA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
OLEH :
Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidik dalam perspektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.
Perbuatan mendidik atau mengajar adalah perbuatan terpuji dan mendatangkan pahala dari Allah karena amal kebajikan jariyah yang akan mengalirkan pahala selama ilmu yang diajarkan tersebut masih diamalkan orang yang belajar tersebut.Seorang pendidik mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya sebagai seorang pendidik. Seperti yang dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa” tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membawa hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.
Sedangkan anak didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.




INOVASI DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM YANG ADA DI INDONESIA
Inovasi yang dilakukan dalam pendidikan agama islam yang ada di Indonesia adalahb :
1.                  Inovasi dalam proses pembelajaran
Proses belajar mengajar harus didasaskan pada prinsip belajar siswa aktif (Student active learning). Lebih menekankan pada proses pembelajaran dan bukan mengajar. Proses pembelajaran di dasarkan pada learning kompetensi yaitu peserta didik akan memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan kriteria atau tujuan pembelajaran. Proses beelajar diorientasikan pada pengembangan kepribadian yang optimal dan didasarkan pada nilai-nilai ilahiyah. Menurut prinsip ini, peserta didik diberi kesempatan untuk secara aktif merealisaikan segala potensi bawaan kearah tujuan yang diinginkan yaitu menjdi manusia muslim yang berkualitas.
2.      Inovasi dalam evaluasi pembelajaran
Pendidkan agama islam tidak hanya menekankan pada penilaian secara kognitif melainkan penilaian secara praktek atau pengaplikasian dalam kehidupan. Pendidkan yang efektif sebaiknya menekankan pemahaman konsep dan kemampuan di bidang kognitif, ketrampilan, sosial dan efektif. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara terpadu yang di dalamnya menitikberatkan pada praktek atau pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari.
Inovasi pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokrasi dan universal. Tetapi keterbukaan pendidikan Islam bukan berarti tidak disertai dengan fleksibelitas untuk mengadopsi (menyerap) unsur-unsur positif dari luar, sesuai perkembangan dan kepentingan masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang orginal (shahih) yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Hal ini ditulis dalam sebuah postulat yang popular “Melestarikan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai yang baru yang lebih positif”. Keterbukaan seperti inilah yang memungkinkan pembharuan (inovasi) dalam pendidikan Islam, bukan saja karena tuntutan zaman, tetapi bersamaan dengan itu pembaharuan diperlukan karena hajat untuk memperbaiki kemaslahatan kaum muslimin sendiri (Kurikulum 2013)



PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
ISLAM DI INDONESIA

Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan di Indonesia, para ahli menafsirkan bahwa agama dan kebudayaan Islam diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abadke-7M, yaitu pada masa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat (India). Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia atau proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu perdagangan, politik, dan tassawuf.  Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia.
             Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama.
: